Setelah lebih
40 tahun peran apoteker telah berubah dari penggerus dan peracik obat menjadi
manajer terapi obat. Tanggung jawab ini lama kelamaan meningkat lagi dalam memberi
dan menggunakan obat, kualitas obat harus di seleksi, disediakan, disimpan di distribusikan,
di racik dan di serahkan untuk meningkatkan kesehatan pasien
Dahulu ketika
disebutkan apoteker, yang terbayang adalah seseorang yang bekerja di apotek
meracik obat (compounder ) dan sangat tertutup terhadap orang ramai (pasien).
Seiring dengan perkembangan zaman, sekarang peran seorang apoteker sudah berubah dari compunder menjadi pharmaceutical care (peduli kefarmasian ). Yang bertanggung jawab pemberikan pelayanan obat sampai pada dampak yang diharapkan yaitu meningkatnya kualitas hidup pasien. ( Hepler dan Strand,1990 ). Jangkauan pekerjaan apoteker di apotik saat ini , dirancang berpusat pada pasien dengan semua fungsi-fungsi pengamatan, konseling, pemberian informasi dan monitoring terapi obat
Ikatan
farmasis dunia (International Pharmaceutical Federation = FIP) menyatakan bahwa
pharmaceutical care adalah
tanggung jawab pemberi pelayanan obat sampai timbulnya dampak yang jelas atau
terjaganya koalitas hidup pasien.
Kemanakah kita ….
Berubahnya
gaya hidup manusia juga akan berpengaruh terhadap perkembangan penyakit, yang
akibatnya juga terjadi perubahan gaya pengobatan. Sekarang kita mengenal obat
gaya hidup ( life-style medicine ) seperti pengobatan
penyakit kebotakan , pengobatan kulit kering dan mengkerut serta disfungsi
ereksi..
Namur
sayangnya peningkatan jumlah maupun jenis obat yang beredar dipasaran akibat life
style medicine ini yang seharusnya menjadi lahan kita sebagai apoteker, malah
digantikan oleh orang atau profesi lain yang tidak ada kaitanya sama sekali
dengan obat.
Keadaan
Sekarang menunjukan bahwa, peran apoteker dalam meracik obat kini sudah
digantikan oleh pabrik. Medical representatif sudah dikuasai oleh profesi lain.
Obat Semarang sudah bisa dipesan melalui Internet atau via pos bahkan dari
tempat praktek dokter sendiri. Nah, saat ini apakah apoteker masih diperlukan?
Kemanakah para apoteker baru dari perguruan tinggi setiap tahunya mengabdi ….sudah
sanggupkah kita bersaing……
NO PHARMACIST
... NO SERVICE sepertinya itulah solusi yang paling tepat.
Namur hal ini akan dihadang oleh satu
pertanyaan mendasar. Sudah Sanggupkah apoteker kita?....
Dari tahun ketahun kinerja apoteker terus
merosot. Menurut penelitian mahasiswa Farmasi UI tentang kehadiran apoteker di
apotek di ibukota semakin menohok kita
Data/informasi tersebut dengan jelas membuktikan
bahwa para Asisten Apoteker tetap tegar berada di pos pekerjaannya melayani
masyarakat, tetap setia kepada standar pekerjaan yang seniornya tempo doeloe
Bahkan para Asisten Apoteker, termasuk juga para kasir yang bidang tugasnya
seharusnya hanya menjaga ketertiban dan keteraturan penerimaan dan pengeluaran
uang, dengan rendah hati disiplin dan tekun telah mampu mengambil alih urusan
yang seharusnya menjadi urusan Apoteker dalam melayani masyarakat.
Jadi para Apoteker, Profesi kita ini harus kita tegakkan kembali, karena
itu Mulai tahun 2007 kita inginkan Apoteker wajib berada di Apotek Sejas buka
hingga tutup, tidak terkecuali Apoteker
Pegawai Negeri Sipil atau anggota ABRI.
No
Pharmacist ... No Service –
Tiada
Apotteker ... Tiada Pelayanan- ...
Itulah moral kita
Dikutip dari laporan kertas kerja
WHO dan FIP, edisi 2006. dan berbagai sumber lainya